Selasa (27/09/16) lalu, menjadi hari bersejarah bagi
Tim Matapena, karena pada hari itu Tim Matapena mendapat kesempatan menyambangi
rumah kediaman orang nomor satu di Kota Lahat, H. Saifuddin Aswari Rifai. Udara dingin, disertai hujan rintik-rintik pagi itu tidak mengurangi semangat
mereka untuk bertemu dengan Bupati Lahat. Lantas, apa pendapat beliau tentang
SMA Santo Yosef dan apa harapan beliau untuk SMA Santo Yosef Lahat yang pada
Januari 2017 genap berusia 50 tahun? Berikut ulasan selengkapnya.
Apa pendapat Bapak tentang
SMA Santo Yosef?
SMA Santo Yosef menurut saya merupakan salah satu SMA
terbaik di Sumatera Selatan, karena saya alumni Santo Yosef. Ada dua hal yang menarik
di Santo Yosef: Pertama, terkait kedisiplinan,
kalau pendidikan itu mendasar, semua menerapkan kurikulum yang sama, tetapi
kedispilnan tidak semua sekolah mampu menerapkannya. Dulu sekolah yang ontime itu ya di Santo Yosef, kami tidak
boleh terlambat, juga tidak boleh pulang ke rumah sebelum
selesai jam sekolah dan menurut saya itu yang benar dalam sistem pendidikan.
Kedua, pendidikan
budi pekerti (sekarang Pendidikan Karakter Tarakanita). Seseorang yang paling
baik menurut saya bukan cuma pintar, tetapi juga harus bisa menjaga sikap, bisa
merasakan apa yang dirasakan orang lain atau empati. Empati itu
didapat dari pendidikan budi pekerti. Dalam pendidikan budi pekerti kita diajarkan
saling menghormati dan tidak saling mendahului. Anak-anak yang terkadang lebih pintar
tetap tidak boleh mendahului guru, terlalu cepat juga tidak boleh mendahului
pemimpin, itu semua tertanam melalui budi pekerti. Nah, budi pekerti di
SMA Santo Yosef menjadi yang utama.
Selain kedisiplinan dan budi pekerti, kami juga diajarkan
cara berinteraksi. Anak tidak dipacu untuk belajar, belajar, dan belajar tetapi juga harus tahu cara berinteraksi. Interaksi pada zaman saya dulu
diajarkan melalui kegiatan olahraga sore. Kalau dari pukul 07.00 sampai pukul 13.30
siswa berinteraksi dalam kegiatan belajar, sore hari pukul 15.00 sampai pukul
17.00 siswa diajarkan berinteraksi melalui kegiatan olahraga, hal-hal seperti itu
menurut saya tetap harus dipertahankan di SMA Santo Yosef.
Intinya, saya bangga pernah menjadi murid Santo Yosef,
terimakasih kepada guru-guru yang telah mendidik, karena pada saat itu
betul-betul, kalau guru di Santo Yosef itu betul-betul dia guru. Mereka menjadi
contoh, menjadi tenaga pengajar yang baik, dan mereka konsen di situ, tidak
mengerjakan hal lain di luar pekerjaan sebagai guru. Saya pernah diajar
oleh Suster Gabril waktu TK, Suster Wilibrudin, Suster Marie, banyak suster yang
langsung didatangkan dari Belanda pada saat itu.
Menurut Bapak, apa perbedaan
SMA Santo Yosef dulu dan sekarang?
Saya melihat kalau dulu memang belum banyak sekolah
yang maju, akhirnya Santo Yosef terlihat sangat menonjol. Sekarang sudah banyak
sekolah-sekolah yang maju, harapan saya Santo Yosef tetap berada di baris
terdepan.
Perbedaan anak sekarang dan dulu itu hanya pada sikap
saja, dan itu sangat terlihat. Zaman dulu patuhnya dengan guru itu luar biasa,
guru melebihi orangtua untuk kami. Saya itu tidak bisa bicara banyak soal guru,
intinya guru itu pujaan bagi kami dulu. Kalau sekarang baik di Santo Yosef atau
di mana-mana banyak siswa yang cenderung menyepelekan guru, padahal tidak ada
yang lebih baik dari guru.
Saya ingin mengingatkan kepada anak-anak sekarang, ayo
hormati guru kalian. Dulu ada ungkapan “Hormati guru sayangi teman, itulah
tandanya kamu murid budiman” ini hal yang sepertinya kecil tetapi ini perlu
diperhatikan. Bila perlu nanti kita buat spanduk di sekolah-sekolah, di depan
kelas, itu nanti dampaknya akan sangat terasa kalau diaplikasikan.
Nah, Santo Yosef sekarang agak kurang, tetapi bukan
hanya di Santo Yosef saja, zaman memang sudah berubah, globalisasi, dan modernisasi
membawa banyak perubahan. Modernisasi inilah yang terkadang membuat siswa lupa,
bahwa mereka tetap harus diajar oleh seorang guru. Kalau ada yang mengatakan
saya tidak belajar dengan guru, itu bohong. Anda bisa membaca, menulis, bisa
komputer, bisa memahami segala informasi dari televisi, itu semua karena guru.
Oleh sebab itu anak-anakku, kembalikanlah rasa hormat kalian terhadap guru.
Selain rasa hormat terhadap
guru yang harus ditingkatkan, apakah masih ada hal lain?
Iya, terkait perkembangan dunia ya, terutama di bidang
teknologi informasi, saya tidak tahu apakah di antara Anda ini ada yang menyimpan
konten pornografi di handphone. Nah, itu tugas guru untuk mengawasi, karena
anak sekarang semuanya sudah membawa handphone. Kalau tidak punya handphone
dianggap tidak modern, tetapi itu tetap harus dibatasi, boleh main handphone
tetapi di luar jam sekolah. Selain itu, narkoba dan tauran sesama pelajar harus
dihindari. Kalau untuk tauran, saya belum pernah dengar Santo Yosef terlibat
tauran dan itu menurut saya the best.
Kembali lagi pesan untuk para guru, tolong tingkatkan
komunikasi antarsiswa. Saya kurang tahu, apakah masih ada atau tidak kegiatan
pop song di SMA Santo Yosef, kalau zaman kami dulu ada kelompok tari, kelompok
drama, dan masih banyak lagi. Kalau sekarang yang sedang tren adalah stand up comedy, coba Anda buat itu. Stand up comedy itu menarik, faktanya
banyak anak-anak kita yang pintar bercerita, membuak joke-joke yang lucu.
Nah, hal-hal seperti ini yang menurut saya penting,
kalau soal pelajaran saya pikir semua sama, banyak SMA yang bagus. Sekarang
tinggal sekolah mana yang bisa membuat racikan yang menarik. Perbanyak
ekstrakurikuler seperti olahraga, grup musik, stand up comedy, membuat mading, hal-hal seperti itu coba
diperbanyak.
Apakah menurut bapak SMA
Santo Yosef nyaman untuk belajar?
Sangat nyaman, yang paling nyaman di Santo Yosef
adalah WC-nya yang bersih. Saya selalu sampaikan kepada para kepala sekolah,
kepada dinas pendidikan, bahwa kita terkadang bangga membangun gedung yang besar,
tetapi tidak diikuti sarana-prasarana yang mendidik. Adik-adik bisa
membayangkan tidak? Seorang yang memiliki rumah bagus, jabatan penting, tetapi
tidak bersih, dalam arti rumahnya kotor.
Kalau saya menilai orang dari kamar mandinya dulu. Mengapa?
Karena disitulah tempat segala sesuatu yang jelek dibuang. Kalau tempat yang
terjelek bisa dijaga kebersihannya, itulah yang benar. Kalau hanya sebatas
membersihkan meja kerja masing-masing itu hal biasa, semua orang bisa
melakukannya.
Apa pengalaman paling
menarik di Santo Yosef yang masih Bapak ingat sampai sekarang?
Pertama, kami tidak
boleh jajan di luar, kantin ada di dalam lingkungan sekolah dan itu the best. Saya masih ingat Mbak Win
penjaga kantin sekolah. Dulu ketika masih duduk di bangku SD Santo Yosef saya
diajarkan cara berjualan. Waktu itu apa yang ada di kantin, kami yang diberi
tugas menjual. Setiap anak bertanggung jawab terhadap satu jenis barang,
misalnya bakwan, es, dan lain-lain. Setelah selesai berjualan kami menghitung
uang hasil berjualan bersama penjaga kantin.
Kedua,
kedisplinan. Dulu kalau terlambat kami distrap, akhirnya dengan sendirinya kami
berusaha untuk bisa bangun pagi. Kalau sudah masuk sekolah, tidak boleh ada
yang keluar, kecuali karena izin khusus dari wali kelas dan guru piket. Itu
penting sekali, apalagi untuk anak-anak SMA sudah mulai pintar cari alasan,
tetapi kalau zaman saya dulu tidak berani. Kita dijaga betul-betul. Dulu petugas
satpam adalah mantan tentara KNIL, badannya
tinggi besar jadi kalau mau keluar harus izin dia dulu. Kita boleh
keluar kalau memang sakit dan ada keperluan yang tidak bisa ditunda.
Bisa bapak sebutkan guru-guru
Santo Yosef yang masih diingat sampai sekarang?
Pak H. Mistam, Ibu Yeni, Suster Flori, Pak Daud, Pak Zulham -
selain guru beliau juga teman karena beliau mengajar olahraga sehingga dekat
dengan murid, Pak Bani - itu guru yang pintar, Pak Dodo - guru kimia yang killer tetapi baik, dan Ibu Atik guru
bahasa inggris saya.
Apa kunci suskses Bapak sehingga
bisa menjadi orang nomor satu di Kabupaten Lahat?
Tuhan itu tahu apa yang diperbuat oleh umatnya, kalian
harus percaya itu maka teruslah berbuat baik. Kalau dalam ajaran Islam sedikit
perbuatan baik akan berbalas berlipat ganda, apalagi kalau banyak. Ada saat di mana saya tidak punya, tetapi saya
berusaha untuk tetap berbagi, termasuk hari ini ketika saya harus berbagi waktu
untuk adik-adik. Saya pikir itu memang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
Kebanyakan orang, sebelum menjadi pemimpin sangat baik, tetapi ketika menjadi
pemimpin tiba-tiba berubah menjadi sangat tidak tersentuh. Nah, kita berusaha
melawan itu.
Jadi, keberhasilan itu saya pikir bukan sekadar teori.
Teori keberhasilan itu ada dalam pribadi kita masing-masing berupa keinginan,
cita-cita, kerja keras, dan keyakinan. Keyakinan penting, saya termasuk salah
satu orang yang sangat yakin dalam hidup saya. Saya selalu merasa percaya diri,
karena memang terbentuknya saya dari situ, saya yakin bahwa saya akan mencapai
apa yang saya cita-citakan kalau saya memang berjalan menuju cita-cita
tersebut.
Analoginya begini, kalau Anda punya cita-cita ingin ke
bulan, jalannya janga ke sawah pasti tidak sampai, Anda harus terbang untuk
bisa mencapai bulan. Saya selalu berprinsip apa yang saya lakukan harus sejalan
dengan apa yang saya cita-citakan. Alhamdulillah, saya bisa memenuhi itu,
tetapi ingat ketika cita-cita besar tercapai, maka akan ada tanggung jawab yang
menanti. Seperti saya dulu sebelum menjadi bupati saya tidak harus bertemu dan
melayani banyak orang, tetapi setelah menjadi bupati saya punya tanggung jawab
untuk bertemu dan melayani banyak orang, supaya yang saya inginkan sejalan
dengan apa yang masyarakat juga inginkan.
Apakah pendidikan di Santo
Yosef cukup berpengaruh terhadap kehidupan Bapak saat ini?
Sangat berpengaruh, maka saya katakan belajarlah
dengan baik, karena pendidikan yang baik merupakan awal dari keberhasilan
kalian kelak. Ingat dan catat itu, jadi jangan sepelekan pendidikan, banyak
sekali pengaruhnya terhadap kepemimpinan dan terhadap cita-cita. Kita coba
balik saja, seandainya saya tidak belajar dengan baik, saya tidak bisa baca
tulis, bagaimana saya bisa jadi bupati. Jadi, itu semua sejalan antara
pendidikan dan cita-cita.
Apa yang menjadi prinsip
hidup Bapak?
Selalu memposisikan diri pada tempat yang tepat. Hari
ini saya menjadi bupati, kadang-kadang saya harus menjadi rakyat biasa, menjadi
generasi muda, kadang-kadang saya juga harus berada dalam kumpulan banyak
orang. Jadi, intinya penyesuaian diri
itu penting jangan mencoba menjadi orang lain. Di antara orang-orang yang pakai
baju, jangan Anda coba-coba untuk tidak mengenakan baju.
Apakah masih ada hal yang
ingin Bapak capai untuk ke depannya?
Kalau cita-cita mesti ada, tetapi cita-cita harus sesuai
dengan kemamapuan. Saya ingin menjadi sesuatu yang saya mampu dan saya bisa
melaksanakannya. Saya tidak ingin menjadi sesuatu yang saya tidak mampu
melaksanakannya. Misalnya, saya bupati kemudian tiba-tiba ingin menjadi dokter,
menyuntik pasien kemdudian pasiennya meninggal, itu jangan sampai terjadi. Masih
ada cita-cita, karena prinsip hidup seperti itu, selagi hidup kita harus punya
cita-cita dan berkarya. Mudah-mudahan cita-cita dan karya tersebut akan
menghasilkan manfaat yang baik untuk diri sendiri dan orang lain.
Apa pesan dan harapan Bapak
untuk SMA Santo Yosef yang akan segera menginjak usia 50 tahun?
Ada dua hal yang sungguh-sungguh saya jaga dalam hidup
saya. Pertama, nama baik orangtua,
karena di belakang nama saya ada Rifai. Kedua,
menjaga nama baik almamater. Menjaga nama baik almamater itu dengan pribadi,
dengan sikap, dengan menghormati guru, dengan mengingat jasa-jasa guru, dan
mudah-mudahan itu bisa terus menjadi pegangan hidup saya.
Untuk para guru, ajarkan para siswa cara berinteraksi,
banyak orang bisa melakukan sesuatu tetapi sulit berinteraksi. Interaksi perlu
dilatih, karena banyak orang pintar tetapi hanya untuk dirinya sendiri. Kalau
orang pintar kemudian menyendiri pada akhirnya dia hanya akan menghasilkan
karya yang kecil, tetapi kalau orang pintar bekerjasama powernya jauh lebih
kuat dan hasilnya tentu akan luar biasa.
Untuk anak-anakku yang sekarang menuntut ilmu di SMA
Santo Yosef, mari tanamkan rasa percaya diri, jadilah kebanggaan bagi para
alumni. Setelah kalian keluar dari SMA Santo Yosef kalian juga harus menjaga
nama baik almamater. Salah satu caranya, dengan berperilaku baik.
Yang terakhir, zaman dulu mungkin masih sampai
sekarang, ada kesan bahwa anak IPA lebih baik dari IPS, padahal sebenarnya
tidak juga. Saya dulu IPA, tetapi kenyataannya tidak bisa dalam hidup ini
matematika terus. Satu tambah satu sama dengan dua, itu kita bisa mati kalau berpegangan
pada prinsip itu terus. Jalan kalau lurus terus juga bisa ditabarak orang lain.
Jadi, intinya hidup harus fleksibel.
Monica Sekar
Kinanti/Yolanda Dwi Marchella
Nancy Dwi
Putri/Levivia Anggraini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar