“SMA Santo
Yosef sudah menjadi bagian dari hidup saya, karena di sekolah ini saya pernah
dididik dan tempa hingga sekarang bisa menjadi wakil bupati,” kata Bapak H.
Marwan Mansyur, Wakil Bupati Kabupaten Lahat tentang SMA Santo Yosef. Menurut
beliau, SMA Santo Yosef merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sudah
banyak memberikan kontribusi bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Lahat.
Dijumpai di Gedung DPRD Kabupaten Lahat, Pak Marwan - panggilan beliau,
mengatakan bahwa pola pendidikan yang diterapkan di SMA Santo Yosef telah
menempanya menjadi pribadi yang terbiasa hidup disiplin. “Sejak dulu saya
sekolah di Santo Yosef kedisiplinan selalu saya tanamkan dalam diri saya, dan
perlu dicatat bahwa salah satu modal seseorang bisa berhasil itu karena
didukung oleh kedisiplinan dan disiplin itu saya dapat di SMA Santo Yosef,”
katanya.
Kedisiplinan yang sudah tertanam beliau terapkan dalam dunia kerja.
Bahkan, tidak hanya menerapkan Pak Marwan juga berusaha menularkan semangatnya
kepada para bawahan. Ketika beliau memimpin apel pagi, baik di lingkungan Pemerintah
Daerah maupun ketika sidak ke kantor-kantor, beliau mencoba memberikan teladan
bagaimana mendisiplinkan diri dengan hadir di tempat kerja tepat waktu. “Ketika
saya memimpin apel, orang segan untuk datang terlambat karena saya memberikan
teladan,” katanya.
Segan menurut Pak Marwan bukan berarti takut. “Segan beda dengan takut, kalau
ketakutan itu hanya sesaat, tetapi kalau segan ada atau tidak ada pemimpin
orang akan mengingat nilai-nilai yang ditanamkannya, karena pada pemimpin
tersebut ada wibawa dan karisma,” katanya.
Terkait
perbandingan antara SMA Santo Yosef dulu dan sekarang, beliau mengatakan, bahwa
dulu SMA Santo Yosef sangat diperhitungkan di Sumatera Bagian Selatan yang
mencakup Lampung, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Bangka, dan Belitung. “Kalau zaman
saya dulu, lembaga pendidikan Santo Yosef sangat diperhitungkan di Sumatera Bagian
Selatan. Kalau ada lomba pelajar teladan atau festival pelajar berprestasi,
yang menjadi juara selalu SMA Santo Yosef Lahat, itu pada tahun 1970 dan
1980-an,” kenang beliau.
Beliau juga
mengatakan bahwa kualitas pendidikan Santo Yosef dulu juga tidak kalah dengan
sekolah-sekolah di Pulau Jawa, terbukti banyak teman-temannya yang setelah
lulus dari SMP Santo Yosef melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. “Dulu banyak teman-teman
saya dari Lahat yang melanjutkan sekolah di Yogyakarta. Di sana mereka bisa
diterima di Stella Duce, Santa Maria, dan De Britto. De Britto merupakan salah
satu sekolah yang sangat diperhitungkan di Indonesia dan untuk bisa masuk ke
sana harus melalui seleksi yang ketat. Teman-teman saya banyak yang diterima,
itu artinya mutu pendidikan Santo Yosef tidak kalah dengan sekolah-sekolah di
Pulau Jawa,” kata beliau.
Sampai
sekarang, meski sekolah-sekolah pesaing semakin banyak bermunculan, SMA Santo
Yosef masih tetap eksis dan menjadi pilihan masyarakat. “SMA Santo Yosef yang
sekarang di bawah naungan Yayasan Tarakanita masih tetap bagus dan eksis. Pesan
saya, SMA Santo Yosef harus tetap bisa mempertahan kualitas pendidikan, mutu
guru, dan cara mendidik para siswa,” katanya.
Kekuatan SMA
Santo Yosef menurut Pak Marwan adalah penerapan disiplin yang tinggi, beliau
berharap agar disipilin tetap menjadi nilai tambah di SMA Santo Yosef. “Disiplin
harus selalu ditegakkan karena itulah modal SMA Santo Yosef dari dulu. Dulu,
kalau siswa sudah masuk sekolah tidak bisa lagi keluar, kecuali karena sakit. Bahkan
kalau sekadar sakit pusing tetap tidak mendapat izin untuk pulang ke rumah,
mereka akan dirawat di klinik MULO. Kalau sakitnya sampai pingsan baru orangtua
dipanggil untuk menjemput anaknya di sekolah,” kenang beliau.
Beliau juga ingat
bahwa dulu ketika beliau masih bersekolah, di SMA Santo Yosef ada yang namanya
jam ke-0. “Dulu ada yang namanya jam ke-0, dimulai pukul 06.00 sampai pukul
07.00 WIB. Setelah itu, baru masuk jam ke-1 pada puku 07.00 WIB sampai jam
terakhir, itu dilaksanakan pada hari tertentu,” katanya.
Terkait pengalaman
menarik selama bersekolah di SMA Santo Yosef, Pak Marwan mengatakan bahwa pengalaman
yang menurutnya paling menarik adalah ketika beliau dipercaya menjadi ketua kelas
dan kemudian berlanjut menjadi Ketua OSIS. “Mengapa saya katakan menarik,
karena itulah cikal bakal tertanamnya jiwa kepemimpinan dalam diri saya. Dari
yang dulu hanya memimpin satu kelas, kemudian meningkat menjadi satu sekolah,
hingga sekarang harus memimpin Kabupaten Lahat yang terdiri dari 22 kecamatan,
dengan 400.000 penduduk, 360 desa, dan 17 kelurahan dalam kapasitas saya
sebagai wakil bupati,” kata beliau.
Selain
pengalaman menarik, Pak Marwan juga ternyata masih ingat nama-nama guru yang
pernah berjasa mengajar di SMA Santo Yosef. “Namanya guru tidak mungkin kita
lupakan jasa-jasanya. Waktu SMA saya pernah diajar oleh Pak H. Mistam, Pak
Bani, Pak Sutriyana, Pak Tarno, Pak
Dodo, Pak Salomo, dan Ibu Atik Sutarno,” katanya. Ketika ditanya siapa guru favorit semasa SMA, beliau
mengatakan bahwa Sr. Floriana CB adalah guru favoritnya. “Selain karena beliau
adalah wali kelas, saya mengagumi Sr. Floriana CB karena saya senang dengan cara
beliau mengajar, membimbing, dan menyayangi murid-muridnya,” katanya.
Bagi pelajar Kabupaten Lahat, khususnya di SMA Santo Yosef, Pak Mawan
berpesan agar para pelajar tidak monoton dan harus mau berinovasi. “Cari
hal-hal baru yang positif yang bisa Anda kerjakan. Hidup tidak boleh statis
melainkan dinamis, Anda harus melakukan perubahan ke arah kebaikan. Seperti
yang adik-adik lalukan saat ini, Anda tidak hanya belajar di kelas, tetapi Anda
juga mencari akvitas lain untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dengan
menjadi pengurus Tabloid Matapena. Kalau Anda tidak menjadi pengurus Tabloid
Matapena tidak mungkin hari ini Anda bisa duduk bertatap muka dengan wakil
bupati hari ini,” katanya.
“Intinya, dengan berkreasi, dan berinovasi itu menjadi jembatan bagi kita
untuk mendapatkan hasil yang lain. Saya dulu juga seperti itu, saya rajin
berkreasi dan berinovasi akhirnya membuka jalan bagi saya untuk bisa dipilih
menjadi ketua OSIS. Ketika kuliah saya aktif menulis, banyak cerpen-cerpen saya
yang dimuat di Majalah Anita Cemerlang, dari situ saya dapat honor. Jadi,
walaupun kuliah tetap melakukan inovasi lain, jangan hanya sekadar kuliah saja,”
tambah beliau.
Selain kreasi dan inovasi, Pak Marwan juga berpesan agar para siswa
membiasakan diri untuk bersosialisasi dengan orang lain. “Anda juga harus
pandai bergaul, orang yang tidak bergaul nanti seperti katak dalam tempurung,
tidak tahu keadaan di luar seperti apa,” katanya. “Tidak hanya siswa, untuk
guru-guru di SMA Santo Yosef juga harus mau membuka diri dengan sekolah-sekolah
lain. Misalnya, dengan SMAN 4 dan dinas pendidikan, jangan hanya sebatas unit
karya TK sampai SMA Santo Yosef,” katanya mengakhiri.
Ayu Putri Wahyuni/Rasmauli Aprianita
Katarina Apriyani/Bintang Kasih Ana Manalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar