Hari Cinta Puspa
dan Satwa Nasional (HCPSN) seyogyanya diperingati pada tanggal 5 November
setiap tahunnya. Namun, SMA Santo Yosef
Lahat baru bisa melaksanakan peringatan HCPSN pada Selasa (9/12).
Peringatan HCPSN
dimulai pertama kali pada tahun 1993 berdasarkan Kepres Nomor 4 tahun 1993 yang
ditandatangani langsung oleh Presiden Indonesia kala itu, Soeharto. Peringatan
HCPSN bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa
dan satwa nasional serta untuk menumbuhkan dan mengingatkan pentingnya puspa
dan satwa dalam kehidupan kita.
Pada tahun 2014
peringatan HCPSN mengangkat tema “Keanekaragaman Puspa dan Satwa Pesisir dan
Laut untuk Ketahanan Pangan dan Pembangunan yang Berkelanjutan”. Tema ini
dipilih sebagai sarana untuk memperkenalkan keanekaragaman hayati yang ada di
pesisir dan laut kepada masyarakat secara umum. Selain menetapkan tema,
pemerintah juga menetapkan sepasang maskot HCPSN 2014, yaitu Takka dan Penyu
Sisik.
Untuk
memperingati HCPSN tahun ini, SMA Santo Yosef Lahat bersama Yayasan Tarakanita
Pusat melaksanakan berbagai kegiatan sesuai tema HCPSN. Berdasarkan instruksi
dari Yayasan Tarakanita Pusat, SMA Santo Yosef Lahat mengadakan lomba membuat
kartu pos dan miniatur tiga dimensi Takka dan Penyu Sisik bagi siswa-siswi.
Kegiatan yang
wajib diikuti seluruh siswa-siswi mulai kelas X sampai kelas XII ini
memperebutkan hadiah utama voucher potongan pembayaran uang sekolah bulan
Januari 2015. Pemenang lomba juga akan diikutkan dalam lomba tingkat nasional
Tarakanita Indonesia.
Para siswa
sangat antusias mengikuti lomba yang diselenggarakan Waka. Kesiswaan.
Antusiasme siswa terlihat dari persiapan yang mereka lakukan. Setiap siswa
membawa perlengkapan sesuai dengan kebutuhan dan jenis lomba yang diikuti.
Peserta lomba miniatur tiga dimensi terlihat paling sibuk. Berbagai
perlengkapan mereka bawa dari rumah masing-masing. Ada yang membawa kulit
durian, buah nanas, kertas bekas, botol plastik, kain panel, dan bongkol
kelapa. Berbagai perlengkapan tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga
menyerupai objek yang digambarkan, yaitu Takka dan Penyu Sisik.
Peserta lomba
kartu pos pun tidak kalah sibuk. Mereka membawa berbagai perlengkapan seperti
cat, pensil warna, dan kertas kambing. Situasi bertambah sulit tatkala siswa
kebingungan membuat kartu pos. Mereka tidak tahu bentuk dan format kartu pos.
Maklum saja, para siswa mengaku tidak mengenal lagi hal-hal yang berhubungan
dengan pos. “Kartu Pos itu bentuknya seperti apa sih?” celoteh salah satu
siswa. Alhasil, banyak siswa yang hanya asal menggambar. Mereka baru memahami
bentuk dan format kartu pos setelah mereka diizinkan mengakses internet oleh
guru pendamping. (WL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar