Jumat (19/12),
SMA Santo Yosef Lahat melanjutkan rangkaian kegiatan akhir semester gasal
dengan melaksanakan program pembinaan bagi siswa-siswi. Kegiatan yang diikuti
oleh seluruh siswa-siswi mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII ini digelar
di tiga tempat terpisah. Siswa-siswi kelas X sepeluh melaksanakan kegiatan di
Ruang Perpustakaan SMA Santo Yosef, siswa-siswi kelas XI di Aula TK Santo Yosef,
dan siswa-siwi kelas XII di Aula SMP Santo Yosef.
Khusus bagi
siswa-siswi kelas XI, topik yang dibahas adalah pendidikan seksualitas bagi
remaja. Topik ini dipilih, karena dianggap sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi
yang telah memasuki usia remaja, di mana mereka mulai ingin mengetahui hal-hal
baru, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Untuk memberikan
proteksi dini terhadap siswa-siswi, SMA Santo Yosef memberikan bekal pemahaman bagi
siswa-siswi tentang seksualitas.
Agar hasil yang
dicapai sesuai target, Tim Kesiswaan SMA Santo Yosef menghadirkan narasumber
yang betul-betul kompeten di bidang kesehatan, khususnya dalam hal seksualitas
remaja. Untuk itu, Tim Kesiswaan mengundang dr. Lusiana menjadi narasumber.
Dalam
penjelasananya, dr. Lusiana menjelaskan bahwa pendidikan seksualitas seperti
yang diberikan oleh SMA Santo Yosef sangat penting bagi tumbuh-kembang
siswa-siswi, karena di Indonesia berbicara masalah seksualitas kepada anak
masih dianggap tabu, sehingga di lingkungan keluarga siswa-siswi kurang
mendapat penjelasan tentang seksualitas.
Siswa-siswi yang
menjadi peserta pembinaan tampak antusias mengikuti pembinaan, karena materi
disampaikan dengan menarik dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna oleh siswa-siswi.
Pembahasan pun lebih banyak menyoroti masalah penyebab kehamilan yang sering
menimpa anak-anak usia remaja.
Usia matang bagi
seseorang untuk berpacaran menurut dr. Lusiana adalah antara 25 sampai dengan 30
tahun, karena pada rentangan usia ini seseorang mencapai tingkat kematangan
emosi. Jika sebelum mencapai usia tersebut seseorang sudah berpacaran, maka
tidak heran jika banyak dampak negatif
yang ditimbulkan karena emosi yang masih labil.
Lebih lanjut dr.
Lusiana juga menyampaikan beberapa keprihatinan terhadap perkembangan yang
terjadi di kalangan remaja. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa 97%
remaja Indonesia pernah menonton video porno. Implikasi dari angka tersebut
adalah kehamilan karena freeseks juga
mengalami peningkatan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap jumlah tindakan
aborsi yang terus mengalami peningkatan.
Tindakan aborsi
tidak hanya marak terjadi di kota-kota besar, di Kabupaten Lahat pun sering
dijumpai. Dari pengalaman dr. Lusiana menjadi dokter selama lima tahun di
Kabupaten Lahat, beliau sering mendapat permintaan melakukan aborsi dari
pasien-pasiennya yang sebagian besar dari mereka adalah remaja usia sekolah.
Di akhir
pemaparannya, dr. Lusiana menjelaskan kepada siswa-siswi bagaimana menjalani
hubungan pacaran yang normal dan sehat. Menurutnya, ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam berpacaran. Pertama, no
sex. Kedua, jadikan agama sebagai rem. Ketiga, sehat sosial artinya ketika
menjalani hubungan pacaran remaja tetap membutuhkan orang lain.
dr. Lusiana
mengingatkan kepada seluruh siswa-siswi bahwa jangan pernah coba-coba dalam hal
freeseks. “Banyak orang yang sudah
berkeluarga, namun sulit memiliki anak, tetapi lebih banyak lagi orang yang
baru coba-coba langsung hamil, maka jangan pernah coba-coba,” tegas beliau
mengakhiri kegiatan pembinaan. (WL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar